Tuesday, November 18, 2014

Indonesian Stories : Siman the Tiger




Long ago there lived in a village near a forest a poor man alone with his child, called Siman.
                Siman was a ten-years-old boy, who went into the forest every day to gather brances, because he had to help his father earning his bread.
                One day when he was cutting branches with a long knife, he saw an old man lying asleep under a tree.
                While he was looking at that old man, a little, but dangerous green snake approached the latter. He threw his knife quckly at the animal and hit it between hea and neck. The old man awoke with a start. He turned his head around, saw the boy and the dead snake and understood at once what had happened.
                “I’m very thankful, my boy. You’ve saved my life. I”ll give you a reward. Here are there leaves. If you want to become a plant, put this green one in your mouth. Will you become an animal, take this red one and if you wish to be a boy again, put this white one in your mouth. And that’s for what you’ve done for me”.
                Siman was very curiuos and glad. He wanted to know the language of th plants. He put the green leaf in his mouth and sid: “I want to be a plant.” Suddenly he was gone and in his place stood a little plant.
                “Good morning”, said a tall tree nearby. “I’ve never seen you and I don’t know, where you’ve come from.”
                “I’ve fallen from the sky”, was the answer. “How do you do?”
                “I’m very unhappy”, said the tall tree. “I’m very old, about two hundred years, but I’ve to keep a secret. Listen, I’ll tell you the story:
                Fifty years ago a rich merchant was killed by two robbers in this forest. The muderers hid the money among my roots. They didn’t divide their prize immediately, because they were waiting for their leader. But before this third person had come, they quarrelled about the coming division and killed each other. The money is still here and I wish that somebody took it away.”
                Siman quickly put the white leaf in his mouth and was a boy again. He wanted to dig up the money. He pricked his knife in the ground but frightened he stopped because he heard a frighful roat behind him.
                A  big tiger was going to pounce upon him. Quickly Simn put the red leaf in his mouth, saying:
“I want to be a tiger”. A young tiger stood immediately in his place. “Oh,” said the big tiger. “I’ve been mistaken, just now I saw a little boy and now I see a fellow animal. My eyes are perhaps not good any more”. And he went away with a sigh.
                Siman thanked the Lord for saving his life and wanted to put the white leaf in his mouth again and to continue his digging, but it was gone.
                He was looking for it, when the cry of some hundreds of men sounded through the forest. The Royal hunters were cathching tigers for the coming festivals. In the square before the palace of the king, the people should enjoy fights between tigers and buffaloes.
                Siman wanted to tell the hunters that he was a boy, but nobody understood him and in less than no time he was caught. The hunters transported him in an iron cage to the capital.
                On feasday a man turned him loose in the square to fight with a big buffalo, which attacked him a once. Siman fled and crowd around the square cried: “A coward ! A coward !”
Siman was looking for a way out to escape when unexpectedly he saw the old man from the forest.
                He ran to him, fell on his knees and begged him to save his life. The old man recognized Silman’s voice.
                Quickly he stopped a white leaf in the mouth of the tiger and there stood Siman, the little boy.
                The crowd was very afraid when the tiger tried to escape. A few soldiers had come to kill him with speats, but near the old man they didn’t see him any more.
                Siman went home and told his father about his experience. The next morning they went into the forest to dig up the money and so Siman became a rich man.

reference : Tjakrowardojo, Sutiman. 1960. Indonesian Stories. Semarang: Penerbit Semarang. 

Monday, October 20, 2014

Hidup Sehat Walau Aktifitas Padat


             

                Pada rentang usia 17-25 tahun, hampir setiap orang menjalani rutinitas yang padat setiap harinya. Seperti halnya mahasiswa yang sering lembur mengerjakan tugas hingga larut malam, yang seolah sudah menjadi santapan langganan. Lekuk mata mulai membentuk mangkuk yang sering disebut “mata panda”. Sindrom ini terjadi akibat berkurangnya waktu tidur, yang mungkin berkurang karena mengerjakan tugas ata hanya sekedar untuk berpetualang mengepoi akun media sosial milik orang lain. Jawabannya hanya Anda yang tau. Untuk mengatasi hal demikian, ada beberapa trik nyentrik yang bisa Anda lakukan supaya hidup Anda tetap sehat walau dihinggapi rutinitas yang beragam.
                Pertama, kurangi menghabiskan waktu bernostalgia dengan jejaring sosial saat mengerjakan tugas. Sering terjadi ketika mengerjakan tugas, banyak diantara kita sambilan membuka facebook, twitter atau media sosial lainnya. Mengapa harus dikurangi? Karena ini akan membuat waktu Anda menjadi terbuang sia-sia, sementara tugas tidak kunjung rampung.
                Alhasil, waktu tidur tersita lebih banyak dan ketika belajar di kelas rasa kantuk pun mendera, badan menjadi tidak fit dan proses perkuliahan terganggu. Kedua, mencuri waktu untuk tidur di dalam bus mahasiswa. Mungkin ini hanya ditemui oleh mahasiswa yang pulang pergi menaiki bus. Biasanya, banyak mahasiswa yang tertidur di bus untuk mengurangi kejenuhan selama perjalanan. Meski bisa dikatakan hanya “tidur ayam”, akan tetapi ini lebih baik daripada pacaran dalam bus. Bukan begitu?            
                Ketiga, konsumsi makanan dan minuman sehat. Mahasiswa yang merantau jauh dari orang tua kebanyakan  tidak memperhatikan makanan dan minuman yang mereka santap. Alasannya : “karena kondisi keuangan/domper” mereka. Hindari memakan makanan instan terlalu sering, seperti mie, karena memakan mie terlalu sering dapat mengakibatkan timbulnya benih-benih penyakit. Hindari pula minum minuman dingain, seperti es karena akan mengakibatkan perut menjadi buncit dan kulit menjadi kering. Akan menjadi lebih baik jika kita memperbanyak minum air putih minimal satu liter per hari dan memakan makanan yang sehat.
                Keempat, perbanyak olahraga dan minum suplemen penambah  stamina. Lakukan olahraga-olahraga kecil, misalnya membereskan kamar tidur, mencuci pakaian, dan sebagainya. Adapun langkah yang lebih baik lagi adalah luangkan waktu untuk berlari, yang dapat anda lakukan di pagi atau sore hari. Jika ada, konsumsi suplemen penambah stamina agar tetap fit sepanjang hari.

Tips Hidup Sehat Ala Nabi Muhammad SAW
1. Tidak makan sebelum lapar dan tidak berlebihan dalam makan.
2. Duduk ketika hendak minum
Ketika kita meminum air dengan posisi masih berdiri akan ada katup yang belum siap menerima tekanan air dan ketika duduk katup itu terbuka dan siap menerima air.
3. Makan dengan tangan kanan
Ketika makan menggunakan tangan kanan maka yang aktif adalah otak kiri dimana sifat otak kiri ini selalu teratur, dan berpikir. Sedangkan ketika makan menggunakan tangan kanan menggunakan tangan kiri maka yang akrig adalah otak kanan yang memiliki sifat imajinasi dan acak.
4. Tidur dan bangun cepat
Tidur yang tepat kurang lebih pukul 21.30, kemudian kira-kira pukul 03.00 bangun. Penggunaan waktu 24 jam ini adlah sepertiga untuk kerja, untuk ibadah, dan untuk tidur yang cukup.
5. Sering  berpuasa
Menurut sebuah penelitian berpuasa adalah sebuah metode ampuh untuk menahan diri.

Sumber : Buletin Riset Edisi 1 (BSO Pers dan Pers HMPS FKIP Unsri) 

Monday, October 6, 2014

Strategi Pembelajaran : Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran


        
             Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

*Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

*Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

*Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

*Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

*Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

*Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:


Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.  Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
==========

Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung:   
FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)