Definisi Syahadah
Secara bahasa, “Asyhadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian
ini bisa dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang
berlangsung dan masih sedang dilakukan ketika
diucapkan Asyhadu ini sendiri memiliki tiga arti:
a. Al I’lan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
b. Al Wa’d (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
c. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji
sekaligus sumpah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
melalui :
a. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
b. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
c. Dibuktikan dengan perbuatan (al ’amalu bil arkan)
Menurut hadist : “Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan rukun-rukunnya”. (HR Ibnu Hibban).
Setelah memahami syahadah maka akan muncul keimanan,
keimanan ini harus terus disempurnakan dengan sikap istiqomah,
QS. Al Fushilat (41). Istiqomah yang benar akan menghasilkan :
a. Syaja’ah (berani), QS.Al Maidah (5) : 52
b. Ithmi’nan (ketenangan), QS Ar Ra’du (13) : 28
c. Tafa’ul (optimis)
Ma’na Laa Ilaaha Illallah
Secara umum kalimat ini terdiri atas dua bagian yaitu Laa
Ilaaha (tiada Ilah) dan Illallah (selain Allah). "Laa" yang terdapat
pada kalimat "Laa Ilaaha Illallah" adalah merupakan muruf nafi
(penghilangan) yang menghilangkan segala jenis, dalam hal ini
yang di nafi-kan adalah segala jenis Ilah. Illa adalah huruf istisna
(pengecualian) yang mengecualikan Allah dengan segala jenis Ilah
yang di nafi-kan. Bentuk kalimat seperti ini disebut kalimat manfi
(negatif) lawan dari kalimat mutsabat (positif). Kata Illa telah
meng"itsbat"kan kalimat yang negatif (manfi). Dalam bahasa Arab,
itsbat setelah nafi mempunyai maksud membatasi (Al Hasru), dan taukid (menguatkan). Dengan demikian ‘Laa Ilaaha Illallah’ berarti membuang seluruh ilah dan illahllah berarti menetapkan Allah
sebagai satu-satunya Ilah yang sebenar-benarnya berhak di sembah.
Oleh karena itu nafi (menghilangkan) ilah-ilah yang ada harus
disertai dengan itsbat (menetapkan) Allah sebagai ilah yang
tunggal dalam kehidupan. Jadi kedua hal itu tidak dapat dipisahkan.
"Ilah" di dalam bahasa Arab memiliki akar kata alaha yang
berarti antara lain : tenteram, lindungan, cinta, dan sembah. Hal ini
sesuai dengan firman Allah :
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tenteram"(QS. Ar Ra’ad(13) : 28)
"Adapun orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah"
(QS. Al Baqarah(2) : 165)
"Aku berlindung kepada Allah bahwa aku termasuk golongan
orang-orang yang jahil" (QS. Al Baqarah(2) : 67)
Jika seseorang memperhambakan diri terhadap sesuatu
maka ia akan mengikutinya, memuliakan, mengagungkan,
mematuhi dan tunduk kepadanya serta bersedia mengorbankan
kemerdekaan yang dimiliki. Allah SWT adalah satu-satunya Yang
Memiliki dan Yang Menguasai langit dan bumi dan segala
isinya.Oleh karena itu Dialah yang menciptakan (Al Khaliq), Yang
Memberi rizqi (Ar Raziq) dan Dia pula yang Mengelola (Al
Mudabbir). Allah Ta’ala adalah satu-satunya yang wajib di taati jadi
Dialah yang menentukan segala hukum dan segala aturan (Al
Hakim), Yang Melindungi (Al Wali), dan Dia lah yang menjadi
tumpuan harapan dan kepada-Nya-lah ditujukan segala amalan (Al
Ghayah) dan pada puncaknya Dialah yang Maha disembah satusatunya
(Al Ma’bud).
Jadi dengan demikian maka kalimat Laa Ilaaha Illallah
mengandung beberapa pengertian sebagai yaitu : Laa khaliqa
Illallah (Tiada Pencipta kecuali Allah), Laa Raziqa Illallah (Tiada
Pemberi Rizqi kecuali Allah), Laa Mudabbira Illallah (Tiada
Pengelola kecuali Allah), Laa Hakima Illallah (Tiada Pembuat
Hukum kecuali Allah), Laa Waliyya Illallah (Tiada Pelindung kecuali Allah),
Laa Ghayata Illallah (Tiada Tujuan kecuali Allah), Laa Ma’buda
Illallah (Tiada Sesembahan kecuali Allah).
Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
ummat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut itu....." (QS. An Nahl(16) : 36)
Thaghut adalah merupakan syaitan dan apa saja yang disembah
selain Allah SWT. Dari uraian diatas maka dapatlah disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan Ilah adalah segala sesuatu yang
mendominasi dan menguasai diri kita. Maka Laa Ilaaha Illallah juga
dapat diartikan sebagai ‘Tiada segala sesuatu yang mendominasi
diri kita selain daripada kekuasaan Allah semata’. Sebagai suatu
ilustrasi apabila seseorang mendengar panggilan untuk beribadah
kepada Allah tetapi dia tidak segera menyambutnya hanya karena
sesuatu hal yang bersifat duniawi maka baginya masih terdapat
suatu ilah selain Allah dan ia belum mengamalkan syahadatain
dengan sebenar-benarnya karena ia masih mendekati apa yang
disebut dengan thaghut.
Ma’na Muhammadurrasulullah
Persaksian Laa Ilaaha Illallah diatas tidak akan terwujud
secara benar dalam kehidupan sehari-hari tanpa mengikuti petunjuk
yang diberikan Rasulullah Muhammad SAW maka persaksian
terhadap kerasulan Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai salah
satu dari dua kalimah syahadat yang merupakan pintu gerbang
untuk memasuki Dienul Islam. Rasulullah merupakan contoh
teladan yang utama bagi setiap muslim dan keteladanan ini bersifat
total baik secara vertikal kepada Allah yang berupa ibadah-ibadah
khusus maupun yang bersifat horisontal kepada sesama makhluk
yang berupa ibadah-ibadah yang bersifat umum. Hal ini
difirmankan oleh Allah di dalam surat Al Ahzab ayat 21 yaitu :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"
(QS. Al Ahzab(33) : 21)