
DENPASAR - Penyelundupan bahan bakar minyak (BBM) bersubdisi dari Indonesia ke Timor Leste masih terus terjadi dengan motif ekonomi. Hanya saja, volume penyelundupan BBM ke negara tetangga tersebut diklaim pihak Pertamina relatif masih kecil.
"Fenomena penyelundupan BBM ke Timor Leste tergolong unik karena melibatkan masyarakat yang menggunakan jerikan jadi volumenya kecil," kata GM Fuel Retail Marketing Regional V Bali Nusa Afandi dalam orientasi wartawan Pertamina Wilayah Pemasaran Denpasar, Selasa (10/4/2012).
Timor Leste menjadi tujuan pihak-pihak yang ingin menyelundupkan BBM karena di negara itu, pertamina tidak menjual BBM bersubsidi di negara tersebut sehingga harganya melambung.
Secara hukum ekonomi, lanjut Afandi, kondisi tersebut menarik minat pihak-pihak tertentu untuk menjual BBM bersubdisi ke Timor Leste. Jadi, kata dia penyelundupan tersebut lebih karena motif ekonomi. Tindak penyelundupan sulit dicegah sebab Indonesia dipandang sebagai pasar menggairahkan sebagaimana terjadinya praktek penyelundupan rokok atau miras.
Untuk BBM bersubsidi yang seharga Rp4.500 per liter di Timor Leste harganya bisa mencapai Rp10 ribu lebih per liternya. "Karena harganya menjanjikan, makanya orang tertarik menyelendupkan BBM bersubidi di sana," ungkap Afandi.
Guna mencegah maraknya penyelundupan BBM bersubsidi, maka ke depan di lokasi perbatasan, aparat harus lebih meningkatkan pengawasan. Daerah perbatasan lainnya seperti di Kalimantan dan Brunei Darussalam juga rawan terjadinya penyelundupan BBM.
"Fenomena penyelundupan BBM ke Timor Leste tergolong unik karena melibatkan masyarakat yang menggunakan jerikan jadi volumenya kecil," kata GM Fuel Retail Marketing Regional V Bali Nusa Afandi dalam orientasi wartawan Pertamina Wilayah Pemasaran Denpasar, Selasa (10/4/2012).
Timor Leste menjadi tujuan pihak-pihak yang ingin menyelundupkan BBM karena di negara itu, pertamina tidak menjual BBM bersubsidi di negara tersebut sehingga harganya melambung.
Secara hukum ekonomi, lanjut Afandi, kondisi tersebut menarik minat pihak-pihak tertentu untuk menjual BBM bersubdisi ke Timor Leste. Jadi, kata dia penyelundupan tersebut lebih karena motif ekonomi. Tindak penyelundupan sulit dicegah sebab Indonesia dipandang sebagai pasar menggairahkan sebagaimana terjadinya praktek penyelundupan rokok atau miras.
Untuk BBM bersubsidi yang seharga Rp4.500 per liter di Timor Leste harganya bisa mencapai Rp10 ribu lebih per liternya. "Karena harganya menjanjikan, makanya orang tertarik menyelendupkan BBM bersubidi di sana," ungkap Afandi.
Guna mencegah maraknya penyelundupan BBM bersubsidi, maka ke depan di lokasi perbatasan, aparat harus lebih meningkatkan pengawasan. Daerah perbatasan lainnya seperti di Kalimantan dan Brunei Darussalam juga rawan terjadinya penyelundupan BBM.